Pages

Senin, 22 Februari 2016

Pelukan Senja Terakhir

Pelukan Senja Terakhir
Karya : Via aulia s.
“Jaman kamu itu enak nduk,tidak seperti jaman eyang dulu.Tapi sayang,remaja jaman sekarang itu sering menyalahgunakan kemajuan teknologi.”cerita eyangku yang sedari tadi menemaniku menyelesaikan skripsiku,bersama keindahan senja sore ini.Aku hanya tersenyum melihat eyangku terpukau melihat kelincahan jemariku yang menari nari di atas keyboard laptopku.
“Nduk,kamu jangan terlalu larut dalam kerjaan.Sepertinya kamu sudah lelah,sebentar lagi adzan magrib.”kata eyang menasehatiku,aku tersenyum melihat sosok wanita tua yang sangat berarti dalam hidupku.
“Iya eyang,ini sudah selesai kok,Zakiya beresin dulu ya,terus kita sholat magrib bersama.”jawabku seraya membereskan buku-buku ku serta mematikan laptopku.
“Eyang masuk dulu.”kata eyang lalu masuk ke rumah.Aku segera menyusul eyang.
***
Selepas isya aku masuk ke kamar.Seprti biasanya,sebelum tidur aku melihat bintang terlebih dahulu.
“Ayah,bunda,Zakiya kangen. Ayah bunda tunggu Zakiya di surga ya.”kataku menatap dua bintang yang paling bersinar,yang ku anggap sebagai ayah dan bunda yang menemaniku tiap malam.
Aku memang anak yatim piatu,ayahku meninggal ketika aku berusia 6 bulan,sedangkan bunda meninggal ketika aku berusia 2 tahun.Satu-satunya anggota keluarga yang aku miliki hanyalah eyang.Ayah dan bunda adalah anak semata wayang,begitu pula aku.Aku hidup berdua dengan eyangku.Sosok yang bertahan hidup karena tak tega melihatku sebatang kara.Tak terasa air mataku jatuh membasahi kerudungku. Terkadang aku merasa tidak terima dengan kenyataan ini. Aku ingin seperti yang lain. Merasakan kasih sayang orang tua , menanggis dalam pelukan ibu, merengek manja. Aku ingin Tau bagaimana rasanya masakan ibu. Namun ....
“Yang ada hanya hitam, yang ada hanya kelam
Aku melangkah dengan perasaan
Mengapa daku terlahir ke dunia ini
Hanya menanggung beban duka dan derita
Pernah ku sesali namun itu tiada arti
Kini aku sadari semua itu suratan darinya”
Terkadang tanpa sadar aku menyanyikan lagu Tom j pias  yang berjudul suratan. Namun eyang selalu menasehatiku, dan menyemangatiku. Kata eyang satu saat kelak aku Akan menjadi orang yang sukses jika aku mampu menahan setiap tangis yang ada dan selalu berjuang untuk hidup yang lebih baik. Semangat dan dorongan dari nenek Lah yang membuatku bertahan hidup sampai saat ini. Meski aku yatim piatu aku selalu bersyukur, masih banyak yang kehidupannya jauh di bawahku.  Aku masih mampu merasakan indahnya hidup, sehat, bahkan pendidikan ku kini tergolong tinggi.
Senyuman manis sang dewi malam membuatku terkantuk. Rayuan mimpi indah telah berhasil meninabobokanku,hingga aku terlelap dalam tidurku.Seperti biasanya aku bangun pukul tiga dini hari,untuk melaksanakan sholat malam,lalu aku berdzikir sambil menunggu adzan subuh tiba.
***
“selamat pagi eyang ..” sapaku sembari memeluk manja tubuh eyang dengan senyum yang tersimpul lebar.
“pagi juga cucuku” jawab eyang
“ wuidih masakan eyang enak tuh ?” kataku seraya melepaskan pelukan dan menuju ke meja makan.
“cuci tangan dulu baru makan.” Perintah eyang
“ siap eyang” lalu ku berlari menuju dapur.
***
Senja itu aku duduk di halaman rumah bersama eyang untuk menikmati senja bersama secangkir teh seperti biasanya.
“Senja kali ini begitu indah ya nduk.”guman eyang menatap ke arah langit.
“Iya eyang.Indah sekali,ingin rasanya setiap hari merasakan keagungan-Nya bersama eyang,”kataku seraya menyandarkan kepalaku dibahu eyang.
“Iya nduk”memebelai lembut kepalaku yang dibalut kerudung warna unggu kesukaanku.
“Senja ini akan terasa lebih indah lagi jika Ayah dan Bunda ada di sini bersama kita.”kataku berandai-andai.
“Sudah nduk,jangan mengeluh seperti itu.Suatu saat kamu akan berkumpul lagi dengan ayah bundamu nduk”Eyang menenagkanku seraya memelik erat tubuhku.Pelukan yang hanya kuperoleh darinya.
“Iya eyang.Oh iya,eyang besok bisa datang ke acara wisuda S2 Zakiya kan?”tanyaku menatap eyang yang sudah tampak jelas kerut-kerut di wajahnya,namun senyuman selalu menghiasi wajahnya.
“Iya nduk,eyang pasti datang.”kata eyang tersenyum
***
“Selamat ya kiya.”ucap teman-temanku menyalamiku.Alhamdulillah aku dinobatkan sebagai mahasiswa terbaik dengan IP ku yang mendekati sempurna.
“Selamat ya nduk”kata eyang senja itu.
“Iya eyang,ini semua berkat doa dan dukungan eyang.”
“Kamu jangan pernah lupa ya nduk segala nikmat itu karena Allah,selalu bersyukur.”kata eyang menasehatiku.
“Iya eyang,”kataku tersenyum
“Kamu sekarang sudah dewasa nduk,semakin cantik.Eyang bangga punya cucu seperti kamu.Eyang sudah ikhlas jika eyang nanti harus meninggalkanmu sendiri.Eyang rasa kamu sudah mampu menjaga diri.”kata-kata eyang membuatku menangis
“Eyang,kok eyang berkata seperti itu,kiya masih butuh eyang.Apa eyang tidak ingin melihat anakku nanti?”tanyaku penuh isak tangis memeluk erat tubuh eyang yang semakin lemah.
“Eyang maunya begitu nduk,kalau perlu eyang akan selalu ada sampai kiya tiada.”eyang mengelus kepalaku yang sedari tadi kusandarkan di bahu eyang.kurasakan belaian tersebut makin lama makin melemah,suasanapun sunyi.
“Eyang?”panggilku pada eyang,mendengar eyang tiada menjawab aku segera bangkit dari sandaran bahu eyang.melihat mata eyang terpejam aku fikir eyang tertidur,namun wajah eyang terlihat putih pucat dan tidak bernafas.
“Eyang....”teriakku histeris lalu tak sadarkan diri.

END J

Rentetan Tanya dalam Hidup *Part-1*

Semilir angin terasa dingin di kulit
Membuat bulu kuduk ku berdiri
Raja siang telah lama meninggalkanku disini
Berganti dewi malam yang nampak malu malu menampakkan dirinya
Sepi...
Sunyi...
Kurasakan kesendiran yang ada
Menunggu hadirmu...
Bintang – bintang  terang yang sedari tadi kutunggu
Namun tak kunjung datang
Mungkinkah ia meninggalkanku
Seperti yang lain?
Selalu kutanyakan itu
Pertanyaan bodoh yang tak kan pernah ku temukan jawabnya
Bahkan aku sendiri tak pernah mengerti
Kepada siapa akan kutanyakan
Mungkinkah kepada rangkaian kebingungan ?
Atau mungkin pada diri yang tak pernah mengerti.
Aku masih terdiam di bawah langitMu
Menunggu jawab dariMu.”
 

Sample text

Sample Text

Sample Text