Pages

Rabu, 13 April 2016

Aku dan Waktuku ~Part 6

Selamat pagi Dunia
Selamat pagi seseorang disana. Kau pasti tahu hari ini hari apa? Kau tau, sudah sejak tengah malam aku terjaga. Tanganku menari - nari di atas tanda kirim yang sedari tadi ragu untuk ku tekan. Yah, dalam kantukku yang manja meminta tidur aku sudah merangkai kata yang akan ku kirimkan untukmu. Namun berkali kali tanda delete kutekan. Aku ragu untuk mengirimkan chat tersebut kepadamu. Aku sadar siapa aku. Aku tak mungkin mengucapkan setepat itu. Aku tak mau menjadi perusak rencana seseorang, jika mungkin ada seseorang yang ingin menjadi pengucap pertama dalam hari indahmu itu. Aku terus menatap jam, lalu kubaca kembali pesan yang tadi sudah kusiapkan. Kali ini aku mendesah cukup panjang. Ku delete semua isi pesan yang tadi sudah susah payah kususun. Aku rasa ucapanku tadi terlalu lebih dari sekedar ucapan sahabat. Kususun kalimat baru yang lebih simple menurutku.
" Selamat Ulang Tahun, Tambah Usia Tambah Dewasa"
Tak perlu ku tuliskan banyak doa dalam pesanku. Cukup dalam sujudku aku berdoa untukmu.
Yah, sekitar jam 8 pagi baru berani ku kirim pesan itu. Kau tau ? Aku begitu takut ketika melihat pesan itu terkirim untukmu. Ada rasa takut jika kau tak menghiraukan pesan itu. Aku takut jika kau tak membalas pesanku. Ada rasa takut jika kau berfikir kenapa aku mengucapkan untukmu. Satu jam kemudian setelah rasa ketakutanku memuncak, aku bernafas lega lalu mengulum senyum yang sejak tadi kuharapkan. Kau membalas pesanku dengan begitu ramah.

Namun ternyata senyum itu tak berlangsung lama. Bulan itu, hari-hari dimana aku sering berjumpa denganmu. Hari dimana kau selalu tersenyum ramah untukku. Hari itu aku sangat berharap padamu. Ada rasa harap jika kau merasakan apa yang aku rasa. Namun harapanku hancur bersama mentari yang tenggelam senja itu. Ketika dalam waktu kosong aku iseng- iseng membuka medsos. Nafasku terasa sesak. Mulutku tak mampu berkata-kata lagi. Semua harapan yang baru saja memberi semangat untukku. Kini menjadi tikam bagi diriku sendiri. Berulangkali aku membaca status yang baru beberapa menit kau update. Yang isinya menurutku kau baru saja putus, dan kau yang ditinggalkan. Ingin rasanya aku menanggis. Namun aku tau tak ada gunanya air mataku. Dalam rasa sesak yang kurasakan saat itu, andai saja kau tau, aku mengetikkan sebuah lagu penyemangat bagi orang yang putus cinta dalam pesan statusku. Aku berharap saat itu aku mampu menenangkanmu. Aku ingin melihatmu tersenyum kembali. ku harap kau dapat kembali lagi tersenyum meski bukan karenaku. Ku harap kau mampu menemukan penggantinya yang jauh lebih baik. Senja itu adalah kali pertama aku tak merasakan indahnya langit jingga. Pikiranku jauh melayang, semua harap dan apa yang pernah terfikir olehku ternyata salah. Kau hanya menganggapku sebagai seorang teman. Yah, kau memang orang yang baik. Wajar saja jika kau selalu tersenyum ramah ketika berjumpa denganku. Kau dan aku sudah lama saling mengenal. Jadi tak ada salahnya jika kau baik padaku. Dan mungkin benar apa yang dulu pernah kau katakan ketika aku harus berangkat ke sekolah bersamamu dan ketika itu temanmu bertanya padamu apakah aku pacarmu dan kau hanya sedikit tertawa lalu dalam jeda beberapa detik kau menjawab "adikku" lalu kau kembali tertawa. Saat itu aku tak berani memperhatikan raut wajahmu. Kini semua itu mungkin telah terbukti. Dia tak pernah mengganggap ku lebih.



Hari ini....
Acara perpisahan
Mungkin kali ini memang benar- benar hari terakhirku bersamamu
Hari terakhirku melihat senyummu...
Alunan musik yang mengalun semakin menambah rasa sesak di dada yang saat ini kurasakan. Selesai sudah semua harapanku. Kau dan aku memang tak ditakdirkan bersama. 6 tahun sudah penantianku. Mungkin kau dapat membayangkan betapa sesaknya dada yang kurasakan selama 6 tahun ini. Mencintai dalam diam. Menahan setiap kata yang ingin kuucapkan. Menahan setiap tingkah yang tidak ingin kutunjukkan. Menahan segala sesuatu yang akan mampu menunjukan rasaku ini. Ingin sekali rasanya aku mengucapkan kata perpisahan untukmu. Memberi selamat atas hasil yang kau peroleh. Ingin sekali ku ungkapkan semua rasa yang selama ini kupendam. Ingin sekali rasanya aku berteriak untuk meluapkan semua sesak yang kurasakan. Aku tak akan memintamu untuk menjawab. Aku hanya ingin kau tau, dan aku hanya ingin mulai hari ini bebanku berkurang. Meski ku yakin itu tidak mudah. Andaikan kau tau saat ini aku membawa selembar ketas yang ingin sekali ku berikan untukmu.

"Untuk seseorang yang selama ini selalu membuatku tersenyum.
Sebelumnya selamat ya atas kelulusanmu. Semoga selepas kau pergi dari tempat ini kau dimudahkan mendaki jalan menggapai cita-citamu.

Ku harap kau masih mau menjadi sahabat baikku setelah kau membaca suratku ini. Kau tau? Sejak 6 tahun yang lalu. Hari di awal pertama kita bertemu, aku mulai merasakan sesuatu yang beda terhadapmu. Aku merasakan sesuatu yang belum pernah aku rasakan. Tak perlu kukatakan tentang rasa yang kumaksud. Aku yakin kau pasti mengerti. Aku tak akan memintamu untuk membalas rasaku. Aku minta maaf jika selama ini aku bersikap aneh padamu, termasuk menghindarimu. Bukan maksudku tak mengganggapmu atau aku sombong. Aku hanya takut tak dapat menahan apa yang aku rasakan. Aku takut jika kamu mengetahui semua rasaku. Dulu saat kau mengajakku pergi ke acara temanmu dan aku menolaknya, kau tau? Saat itu aku ingin sekali pergi bersamamu. Namun aku tak berani menerimanya. Dulu saat kau mengajakku makan bersamamu, ingin sekali rasanya aku duduk menikmati senja sembari makan bersamamu.

Dulu ketika kau bertanya mengapa aku selalu menghindar tiap kali bertemu denganmu? Seharusnya kau tau, aku tak sangup menyembunyikan rasa bahagiaku melihat senyummu.

Aku rasa aku tak perlu mengunggkapkan semua yang aku pendam. Aku cuma mau bilang, 6 tahun lamanya, dimasa lalu aku dapat mengenalmu...
Melakukan hal-hal yang kamu suka...
Aku merasa begitu senang...
Aku harap hidupmu menyenangkan
Jika ada kesempatan itu
Aku akan merasa sangat senang..
Aku amat senang mampu mengenalmu
Memiliki kesempatan bertemu denganmu
Dan memiliki kesempatan mencintai
Meski ku tau itu hanya difikiranku saja.

Aku ingin kau tetap menjadi pribadi yang ramah dan murah senyum. Tetaplah menjadi dirimu yang selama ini kukenal. Raihlah apa yang kamu inginkan. Yakinlah apa yang kamu inginkan dapat kamu wujudkan. Jika suatu saat nanti kau menyayangi seseorang, aku harap kau menyanyanginya dengan tulus. Kejarlah ia selagi ada kesempatan sebelum kesempatan itu tak lagi berpihak denganmu. Aku disini sebagai sahabatmu akan mendukungmu. Mendukung pilihanmu.

Aku juga ingin pamit Lusa aku akan berangkat melanjutkan study ku. Semoga aku masih dapat kembali lagi ke tanah kelahiranku ini. Jaga dirimu baik. Aku akan selalu mendoakanmu"

Kubaca kembali isi surat itu. Yang pada akhirnya basah tersiram air mataku. Kali ini aku benar-benar menangis. Kuremas kertas yang tadi kupegang. Tidak, aku tak mungkin dapat memberikannya. Lalu kubiarkan kertas itu terjatuh begitu saja. Aku harus bangkit. Cintaku padanya seperti roda, meski ia tak pernah berhenti berputar ia tak akan mampu mencapai porosnya. Terimakasih untuk dirimu yang telah mengisi kisah hidupku selama 6 tahun ini. Terimakasih telah membuatku mengerti arti kasih, sakit, dan merelakan.

End~



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text