Pages

Rabu, 13 April 2016

Hidup itu Pilihan

Hidup adalah sebuah pilihan. Kita dapat memilih bagaimana kita akan menentukan langkah menuju masa depan. Hidup adalah sebauh lagu. Kita dapat menentukan dimana setiap nada kita akan berhenti. Mengambil jeda, menghirup udara segar, udara kebebasan. Kita dapat memilih dalam kehidupan, namun kita tidak dapat menghindar dari setiap pilihan yang kita ambil. Jika kita pilih maka tak ada alasan untuk menggelak. Hidup adalah hak bukan kewajiban. Jadi kita tak perlu menyalahkan kehidupan jika ternyata jalan kehidupan tidak sesuai yang kita inginkan. Lalu dalam putus asa, kita berkata " Tuhan memang tidak adil". Seharusnya kita sadar, sebelum kita memikirkan kalimat itu, fikirkan " akankah aku adil?". Sudah adilkah diri kita? Sudah adilkah diri kita antara kehidupan di dunia dengan bekal di akhirat nanti? Banyak manakah waktu untuk duniamu dengan waktu menghadap Tuhanmu, waktu sembahyangmu.

Dalam kehidupan kita sering menjumpai masalah. Masalah memang tak akan pernah melepaskan diri dari kehidupan. Tiap hari tentu kita selalu bertemu dengan masalah. Lalu bersama masalah datang pula rasa menyerah. Menyerah? Kita tau, masalah adalah sahabat sejati kehidupan. Tanpa masalah kita tidak akan pernah mengenal "perjuangan". Satu hal yang seharusnya mampu kita lakukan. Berikan senyuman termanis untuk masalah yang datang menghampiri. Mungkin ia rindu melihat kita berjuang menghadapi masalah. Kita yakin, masalah dalam hidup dapat terselesaikan. Anggap masalahmu adalah tantangan bagimu. Dengan masalah kita akan lebih bangga dengan diri sendiri. Kita akan bangga melihat diri kita mampu menyelesaikan masalah yang menjadi rintangan mencapai harapan.  

Kita tau bahwa tidak setiap masalah dapat terselesaikan dengan mudah. Tapi kita tau tak ada masalah yang tidak dapat terselesaikan. Disaat masalah datang dalam kehidupan, kita mungkin merasa kita begitu lemah dan tak berdaya. Tapi kita harus yakin, positive thinking. Percaya bahwa kita mampu. Bangkit! Jika masalah terasa begitu berat lihat disekelilingmu. Lalu yakinlah pada diri sendiri. Disana masih banyak mereka yang masalahnya begitu berat. Pejamkan mata, hirup nafas dalam - dalam , hembuskan perlahan - lahan lalu tersenyumlah. Dan anggap masalahmu seperti udara yang baru saja kau hembuskan.

Perjalanan Cita - Citaku

Cita -cita?
Adakah orang di dunia ini yang tak memiliki cita - cita?
Jika iya, dapatkah memberikan satu alasan kenapa kau tak memilikinya. Bukankah bercita- cita itu mudah. Mewujudkan cita- citalah yang sulit. Kali ini diwaktu luangku setelah UN yang berlangsung satu minggu yang lalu, dua kata yang diulang tersebut kembali mengembara dipikiranku. Mampukah aku mewujudkannya.
Dulu aku pernah mempunyai cita - cita yang menurutku itu indah. Dulu sempat berangan-angan menjadi seorang chef di mana di sela- sela kegiatanku menjadi chef aku ingin menjadi penulis. Ya, penulis yang mampu melahirkan buku- buku yang memotivasi orang lain. Meski ku tau itu tidak mudah. Kadang aku berfikir, Bagaimana mungkin aku mampu memotivasi orang lain, sedangkan diriku sendiri saja seseorang yang mudah putus asa dan tak jarang sebagian orang mengatakan aku pendiam.
Menjadi seorang chef? Ya keinginan tersebut muncul sejak aku berusia 11 tahun. Saat itu aku hobi sekali menonton acara- acara masak di tv. Membaca resep di majalah, koran dan media lainnya. Satu chef yang dulu menginspirasiku. Pasti tau kan chef cantik Farah Quen. Ya, dialah yang dulu menginspirasiku. Setiap ia mengisi program acara masak di tv, dengan berbekal pulpen dan kertas aku mencatat setiap resep makanan yang di buatnya. Seusia itu, dulu memang internet belum familiar dalam diri saya. Tidak seperti sekarang, tentu mudah unuk mendapatkan resep yang kita inginkan. Lalu dalam waktu senggang saya mencoba resep yang saya dapatkan. Tentu saya memilih makanan yang bahannya mudah di dapat dan sesuai dengan uang yang saya miliki.

Pernah sekali aku melakukan tindakan bodoh yang jika bukan karena Allah aku tak akan seperti saat ini. Waktu itu, kira-kira pukul 13.00 (kalo ingat kok mau maunya jam segitu di dapur) saya dan sepupu saya ingin mencoba resep baru. Saya lupa makanan apa yang dulu saya buat, yang pasti makanannya digoreng. Setelah selesai menggoreng karena tidak sabar ingin mencicipi rasa masakan, saya dan sepupu saya langsung nangkring di depan tv sambil menikmati hidangan yang baru saja dibuat sendiri. Kurang lebih satu jam kemudian, saya mencium aroma gosong, semacam anjing pelacak hidung saya dan sepupu saya mengendus-endus asal bau tersebut. Saat itu juga kami berteriak ketakutan. Wajan di atas kompor yang tadi saya pakai penuh kobaran api ,alat - alat masak yang tadinya saya dan sepupu saya pakai sudah tergeletak tak berdaya di lantai dan membara. Saat itu saya melihat api di kompor masih menyala, lalu segera saya matikan dan Kami segera mengambil air dan menyiramkannya. Syukurlah api padam dan belum menjalar ke tempat lain. (Malu - maluin)(amanat: buat adek- adek jangan suka main api disiang hari, matikan kompor sebelum kompor mematikan anda.hha)
O iya kelas waktu 3 smp dalam acara lomba masak peringatan hari Idul Adha kelompok saya dapat peringkat 1. Senang kan pastinya. Kelompok saya masak rendang. Anggotanya (sekalian kenalan sama teman-teman saya Adifa,Arif,Assiyamu, Diva, Ghandhi, Isti, Nobel, Oki, Raditya,Sony, Me, and Yulfi. Seru dah. Sayang tak ada foto nya. :(

Ingin jadi penulis.
Dari SD pun saya sudah hobi nulis. Waktu kelas 6 sd tiap sore pasti saya menghasilkan 1 buah puisi. Yah, kalau dibaca saat ini bikin ketawa-ketawa sendiri. Isi puisinya pasti cuma tentang oh melati , oh mawar, oh kucing.
Hobi tersebut kembali muncul kurang lebih 5 tahun yang lalu. Berawal dari hobi nulis diary yang secara blak blakan ngungkapin apa yamg aku rasakan. Sampai akhirnya kapok yang namanya nulis diary. Kenapa? Kakak saya satu- satunya, super jail dan diam-diam membacanya. Yang sampai saat ini udah semester 2 kalau ditanya apa isinya dia masih bakal inget dari awal sampai akhir. Materi sekolah segitu banyaknya kok kagak mengantikan ingatan tentang isi diari gua sih (lebay). Kapok yang saya maksud bukan kapok menulis lho ya, saya tetap menulis diary, tapi dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Saya mencurahkan isi hati saya dalam bentuk puisi. Dengan menulis perasaan saya akan terasa lega.

Kelas 2 smp kalau tidak salah, ada tugas menulis puisi. Binggung mikir mau bikin puisi apa, sekali ngasih tugas langsung 3 puisi. Setelah setumpuk kertas terhabiskan, jadilah ketiga puisi yang ibu guru minta.
Saya masih ingat dulu, tau-taunya setiap siswa harus membacakan 1 puisi di depan kelas. Berhubung absensi saya terakhir, deg-degan juga deh saya. Puisi karya teman - teman bikin saya gak pd dengan karya saya, mereka membawakannya dengan baik. Hingga tiba giliran saya, mau tau apa yang saya rasakan saat itu? Darah saya terasa mengalir begitu cepat,keringat bercucuran, dan terdengar suara dag dig dug. Yang saya lakukan pertama kali sesampainya di depan adalah menatap teman-teman ( dalam hati alhamdulilah mereka tidak memperhatikan).
Lalu ku bacakan judul puisi karya saya " Gerimis Tangis Yogyakarta" lalu saya kembali menatap teman - teman, kali ini tiba- tiba mereka memperhatikanku (kalian tau enggak? Gue lebih seneng lo pada kagak nyimak puisi yang gue baca).
Dengan menahan diri supaya saya tidak gemeteran saya melanjutkan puisi yang saya baca. Tak terasa saya sudah di baris akhir puisi tersebut. Seketika keadaan saya kembali normal ketika teman-teman saya memberikan tepuk tangan untuk saya. Itu pertama kalinya karya saya di dengar orang lain. Dan alhamdulillah Guruku menyukainya.
Acara porsenitas smp dulu saya pernah sekali mengikuti lomba menulis cerpen. Alhamdulilah peringkat 1 dan dapet hadiah buku latihan UN. Nggak nyangka aja. Padahal cuma iseng daripada dapet hukuman tidak ada perwakilan kelas.

Pengen jadi motivator?
Pengen. Masih? Iya.
Keinginan ini muncul sejak kelas 3 smp. Waktu itu lagi cinta-cintanya lagu reggae. Sebenernya dulu udah suka, cuman baru satu dua lagu. Paling suka lag serenade.
Yang seingat saya liriknya "kenapa harus takut pada matahari rentangkan tangan dan halau setiap panasnya, kenapa harus takut pada malam hari, nyalakan api dalam hati usir segala kelamnya".
Dengerin lagu reggae itu beda, nggak bikin galau, netral, tidak banyak cinta-cintaan. Dan kebanyakan isinya positif.

Kalau dipikir-pikir banyak amat ya cita-cita saya? No Problem, banyak bermimpi itu kan penting. Dengan mimpi kita yang menggunung maka kita akan berjalan bersama yang namanya usaha dan diiringi doa. Bukankah begitu?

Sampai saat ini saya belum pernah bercita-cita untuk menjadi orang di depan layar, tampil di depan orang banyak. Kenapa? Gua kagak sanggup. Daaaa

Tunggu, ceritaku di blog selanjutnya. No Pain No Gain




Aku dan Waktuku ~Part 6

Selamat pagi Dunia
Selamat pagi seseorang disana. Kau pasti tahu hari ini hari apa? Kau tau, sudah sejak tengah malam aku terjaga. Tanganku menari - nari di atas tanda kirim yang sedari tadi ragu untuk ku tekan. Yah, dalam kantukku yang manja meminta tidur aku sudah merangkai kata yang akan ku kirimkan untukmu. Namun berkali kali tanda delete kutekan. Aku ragu untuk mengirimkan chat tersebut kepadamu. Aku sadar siapa aku. Aku tak mungkin mengucapkan setepat itu. Aku tak mau menjadi perusak rencana seseorang, jika mungkin ada seseorang yang ingin menjadi pengucap pertama dalam hari indahmu itu. Aku terus menatap jam, lalu kubaca kembali pesan yang tadi sudah kusiapkan. Kali ini aku mendesah cukup panjang. Ku delete semua isi pesan yang tadi sudah susah payah kususun. Aku rasa ucapanku tadi terlalu lebih dari sekedar ucapan sahabat. Kususun kalimat baru yang lebih simple menurutku.
" Selamat Ulang Tahun, Tambah Usia Tambah Dewasa"
Tak perlu ku tuliskan banyak doa dalam pesanku. Cukup dalam sujudku aku berdoa untukmu.
Yah, sekitar jam 8 pagi baru berani ku kirim pesan itu. Kau tau ? Aku begitu takut ketika melihat pesan itu terkirim untukmu. Ada rasa takut jika kau tak menghiraukan pesan itu. Aku takut jika kau tak membalas pesanku. Ada rasa takut jika kau berfikir kenapa aku mengucapkan untukmu. Satu jam kemudian setelah rasa ketakutanku memuncak, aku bernafas lega lalu mengulum senyum yang sejak tadi kuharapkan. Kau membalas pesanku dengan begitu ramah.

Namun ternyata senyum itu tak berlangsung lama. Bulan itu, hari-hari dimana aku sering berjumpa denganmu. Hari dimana kau selalu tersenyum ramah untukku. Hari itu aku sangat berharap padamu. Ada rasa harap jika kau merasakan apa yang aku rasa. Namun harapanku hancur bersama mentari yang tenggelam senja itu. Ketika dalam waktu kosong aku iseng- iseng membuka medsos. Nafasku terasa sesak. Mulutku tak mampu berkata-kata lagi. Semua harapan yang baru saja memberi semangat untukku. Kini menjadi tikam bagi diriku sendiri. Berulangkali aku membaca status yang baru beberapa menit kau update. Yang isinya menurutku kau baru saja putus, dan kau yang ditinggalkan. Ingin rasanya aku menanggis. Namun aku tau tak ada gunanya air mataku. Dalam rasa sesak yang kurasakan saat itu, andai saja kau tau, aku mengetikkan sebuah lagu penyemangat bagi orang yang putus cinta dalam pesan statusku. Aku berharap saat itu aku mampu menenangkanmu. Aku ingin melihatmu tersenyum kembali. ku harap kau dapat kembali lagi tersenyum meski bukan karenaku. Ku harap kau mampu menemukan penggantinya yang jauh lebih baik. Senja itu adalah kali pertama aku tak merasakan indahnya langit jingga. Pikiranku jauh melayang, semua harap dan apa yang pernah terfikir olehku ternyata salah. Kau hanya menganggapku sebagai seorang teman. Yah, kau memang orang yang baik. Wajar saja jika kau selalu tersenyum ramah ketika berjumpa denganku. Kau dan aku sudah lama saling mengenal. Jadi tak ada salahnya jika kau baik padaku. Dan mungkin benar apa yang dulu pernah kau katakan ketika aku harus berangkat ke sekolah bersamamu dan ketika itu temanmu bertanya padamu apakah aku pacarmu dan kau hanya sedikit tertawa lalu dalam jeda beberapa detik kau menjawab "adikku" lalu kau kembali tertawa. Saat itu aku tak berani memperhatikan raut wajahmu. Kini semua itu mungkin telah terbukti. Dia tak pernah mengganggap ku lebih.



Hari ini....
Acara perpisahan
Mungkin kali ini memang benar- benar hari terakhirku bersamamu
Hari terakhirku melihat senyummu...
Alunan musik yang mengalun semakin menambah rasa sesak di dada yang saat ini kurasakan. Selesai sudah semua harapanku. Kau dan aku memang tak ditakdirkan bersama. 6 tahun sudah penantianku. Mungkin kau dapat membayangkan betapa sesaknya dada yang kurasakan selama 6 tahun ini. Mencintai dalam diam. Menahan setiap kata yang ingin kuucapkan. Menahan setiap tingkah yang tidak ingin kutunjukkan. Menahan segala sesuatu yang akan mampu menunjukan rasaku ini. Ingin sekali rasanya aku mengucapkan kata perpisahan untukmu. Memberi selamat atas hasil yang kau peroleh. Ingin sekali ku ungkapkan semua rasa yang selama ini kupendam. Ingin sekali rasanya aku berteriak untuk meluapkan semua sesak yang kurasakan. Aku tak akan memintamu untuk menjawab. Aku hanya ingin kau tau, dan aku hanya ingin mulai hari ini bebanku berkurang. Meski ku yakin itu tidak mudah. Andaikan kau tau saat ini aku membawa selembar ketas yang ingin sekali ku berikan untukmu.

"Untuk seseorang yang selama ini selalu membuatku tersenyum.
Sebelumnya selamat ya atas kelulusanmu. Semoga selepas kau pergi dari tempat ini kau dimudahkan mendaki jalan menggapai cita-citamu.

Ku harap kau masih mau menjadi sahabat baikku setelah kau membaca suratku ini. Kau tau? Sejak 6 tahun yang lalu. Hari di awal pertama kita bertemu, aku mulai merasakan sesuatu yang beda terhadapmu. Aku merasakan sesuatu yang belum pernah aku rasakan. Tak perlu kukatakan tentang rasa yang kumaksud. Aku yakin kau pasti mengerti. Aku tak akan memintamu untuk membalas rasaku. Aku minta maaf jika selama ini aku bersikap aneh padamu, termasuk menghindarimu. Bukan maksudku tak mengganggapmu atau aku sombong. Aku hanya takut tak dapat menahan apa yang aku rasakan. Aku takut jika kamu mengetahui semua rasaku. Dulu saat kau mengajakku pergi ke acara temanmu dan aku menolaknya, kau tau? Saat itu aku ingin sekali pergi bersamamu. Namun aku tak berani menerimanya. Dulu saat kau mengajakku makan bersamamu, ingin sekali rasanya aku duduk menikmati senja sembari makan bersamamu.

Dulu ketika kau bertanya mengapa aku selalu menghindar tiap kali bertemu denganmu? Seharusnya kau tau, aku tak sangup menyembunyikan rasa bahagiaku melihat senyummu.

Aku rasa aku tak perlu mengunggkapkan semua yang aku pendam. Aku cuma mau bilang, 6 tahun lamanya, dimasa lalu aku dapat mengenalmu...
Melakukan hal-hal yang kamu suka...
Aku merasa begitu senang...
Aku harap hidupmu menyenangkan
Jika ada kesempatan itu
Aku akan merasa sangat senang..
Aku amat senang mampu mengenalmu
Memiliki kesempatan bertemu denganmu
Dan memiliki kesempatan mencintai
Meski ku tau itu hanya difikiranku saja.

Aku ingin kau tetap menjadi pribadi yang ramah dan murah senyum. Tetaplah menjadi dirimu yang selama ini kukenal. Raihlah apa yang kamu inginkan. Yakinlah apa yang kamu inginkan dapat kamu wujudkan. Jika suatu saat nanti kau menyayangi seseorang, aku harap kau menyanyanginya dengan tulus. Kejarlah ia selagi ada kesempatan sebelum kesempatan itu tak lagi berpihak denganmu. Aku disini sebagai sahabatmu akan mendukungmu. Mendukung pilihanmu.

Aku juga ingin pamit Lusa aku akan berangkat melanjutkan study ku. Semoga aku masih dapat kembali lagi ke tanah kelahiranku ini. Jaga dirimu baik. Aku akan selalu mendoakanmu"

Kubaca kembali isi surat itu. Yang pada akhirnya basah tersiram air mataku. Kali ini aku benar-benar menangis. Kuremas kertas yang tadi kupegang. Tidak, aku tak mungkin dapat memberikannya. Lalu kubiarkan kertas itu terjatuh begitu saja. Aku harus bangkit. Cintaku padanya seperti roda, meski ia tak pernah berhenti berputar ia tak akan mampu mencapai porosnya. Terimakasih untuk dirimu yang telah mengisi kisah hidupku selama 6 tahun ini. Terimakasih telah membuatku mengerti arti kasih, sakit, dan merelakan.

End~



Aku dan Waktuku ~Part 5

Bukan manusia namanya jika ia selau benar. Begitu pula aku. Pasti ada waktunya melakukan kesalahan. Salah satu dari sekian banyak kesalahanku adalah disaat aku berfikir saat itu adalah kali terakhir bersamamu. Ya, malam itu disaat aku dan kau tak sengaja chatting. Dan saling menanyakan akan melanjutkan sekolah dimana. Saat itu aku tahu,aku akan mengalami 3 X 360 hari bersamamu lagi.Tetapi tidak seperti dulu, kali ini kita berbeda kelas. Malam itu kau menggagalkan semua rencanaku. Aku tersenyum ketika Malam itu kau mendukung rencana awal pilihan sekolahku dan kau mendukungnya karena alasan sesuai hobiku. Kau tau hobiku? Ternyata kau tak begitu acuh terhadapku. Itu yang terfikirkan olehku malam itu. Kutarik nafas panjang. Dan kuhembuskan sembari memejamkan mata. Ku tau itu tidak mudah.

Memasuki minggu kedua 360 hari pertamaku. Rutinitas MOPD yang kujalani saat itu adalah saat dimana setiap hari kau selalu mengirimkan pesan untukku. Bukan pesan yang spesial, hanya sekedar menanyakan barang yang harus kau bawa saat itu. Tetapi itu bukan masalah bagiku. Karena, setidaknya kau mempercayaiku sebagai orang yang tepat untuk dimintai bantuan. Mungkin sering aku ketiduran saat menunggu balasan chat mu yang cukup lama karena kau sedang asyik dengan game. Aku memang mencintaimu namun aku tak pernah berfikir untuk berusaha memilikimu. Cukup harapan ku bersamamu yang akan berjalan bersama waktu yang akan terus bergulir menuju suatu titik yang dinamakan perpisahan. Aku sadar aku terlalu banyak bermimpi. Kau terlalu indah untukku. Mungkin seperti sepenggal lagu yang dibawakan Astrid "Aku bahkan tidak seindah, ku tak seindah kedipan matamu". Begitu banyak yang menyukaimu, tak terkecuali sahabatku. Sahabat baikku. Jika kau dan sahabatku memang saling menyukai aku rela melihat kalian mengukir senyum bahagia bersama. Bukankah cinta adalah merelakan orang yang kita sayangi untuk bahagia. Akankah itu disebut cinta jika kita terobsesi ingin memilikinya? Jika iya, lalu dimana letak perbedaan nafsu dan cinta? Aku mencintaimu seperti udara, aku akan tetap ada meski kau sama sekali tak pernah ingin tau seperti apa aku. Seperti bumi yang akan selalu berputar hingga akhir masa yang menghentikan. Seperti kuku yang akan selalu tumbuh meski kau coba patahkan.



Aku masih ingat saat kau mengatakan bahwa aku pemalu dan selalu menghindar saat bertemu denganmu. Saat itu aku tersenyum lalu berfikir "teryata kau memperhatikanku saat kau melihatku".
Dulu saat kau tanyakan apakah aku menyukai seseorang lalu kujawab tidak, perlu kau tahu, seharusnya kau tak perlu menanyakan itu, kau yang ku sukai, kau yang selama ini membuat rasaku tak pernah mampu kuberikan untuk yang lain. Rasaku untuk yang bertanya bukan untuk orang lain. Pernahkah kau merasakan hal itu? Sekian lama aku membiarkan rasa ini. Membeku dalam diam ku. Mengendap bersama rasa dalam jiwaku. Cinta dalam diam ini lah yang mampu kupertahankan. Aku yakin, Pernahkan kau lihat aku menerjang hujan? Apakah Kau tau, hujan adalah waktu dimana aku mampu meluapkan semua rasa yang kupendam. Hujan adalah momen dimana setiap tetesnya mengalir dalam tubuhku. Bersama tetesnya hujan mengalir pula tangisku. Jika kau tanya air mataku? Mungkin memang tidak akan ada yang mengetahui. Karena tetes tangisku berasal dari hati, bukan mataku.

Part 5~klik disini

Kamis, 07 April 2016

Aku dan Waktuku part~4

******Part 4*********

Kau tau apa yang saat itu aku rasakan?
Saat ku tahu gosib tentang mu dan tentangnya
Kesal? Iya
Benci? Tak ada Sedikitpun alasan untuk membencimu
Menyalahkanmu?
Sedikitpun aku tak pernah memiliki niat untuk itu.
Aku tahu...
Ini salahku
Salahku yang membiarkan namamu terukir di hatiku
Salahku yang tetap mempertahankanmu
Dan ku putuskan dihari terakhir bersamamu:
Lupakan semua tentangmu... Bukan kamu,
tapi apa yang pernah aku rasa tentangmu.
Kau dan aku akan tetap dan terus jadi sahabat. Kenangan bersamamu cukup untuk menjadi pelajaranku kelak.

part 5 ~klik disini

Aku dan Waktuku ~part 3

****** Part 3*******

Dan kini memasuki 360 hari terakhirku bersamamu...
Tapi ternyata salah...
Waktu berjalan lebih singkat dari yang kuduga...
Sesingkat pupusnya semua harapanku
Sesingkat kata yang mampu kuucapkan tentang kabar yang ku dengar tentang hubunganmu dengan seseorang
Kau tau ?
Sekian lama aku menunggumu...
Sekian lama aku menaruh harap padamu
Hingga aku mungkin tega melukai hati yang lain karena aku menunggumu..
Melukai hati sahabatmu...
Aku menolak ia karenamu..
Karena rasaku masih unttukmu
Mungkin aku memang dekat dengannya
Tetapi,asal kau tahu...
Untukmu
Rasaku masih sama seperti sejak aku mengenalmu..
Kau tau aku menyimpan begitu banyak harapan
Kau tau aku selalu menahan senyum gembira ketika melihat chat" an denganmu yang terasa begitu asyik bagiku
Ada sedikit kebahagian tersendiri ketika aku melihatmu tertawa karenaku
Meski saat itu aku rela terlihat begitu konyol dihadapmu
Kau masih ingat?
Saat teman satu meja mu tiba-tiba berkata jika aku sedang "ngambek" sama 'seseorang'
Dan saat itu kau tertawa, kau tahu? Aku memperhatikan tawamu...
Dan aku merasakan sesuatu yang beda dari tawamu.
Aku masih ingat ketika aku alergi dan dikelas dari belakang kau memanggilku
Dan saat aku menoleh kau bertanya :
"Kulitmu kenapa?" dan aku hanya sedikit nyengir lalu aku mengalihkan pandangan. Bukan maksudku tak menjawab tanyamu.
Hanya saja aku takut, raut wajahku saat itu akan membuka semua rahasia yang selama ini ku sembunyikan. Dalam batinku saat itu berkata " terimakasih sudah memperhatikanku"
Aku masih ingat suatu hari saat aku bertemu denganmu diluar sekolah...
Ketika kau lewat dan tak mngetahui keberadaanku...
Kuperhatikan benda mengepul ditanganmu yang membuatku sedikit kecewa...
Kau tau? Yaa aku selalu geli mengingat hal itu. Betapa konyolnya diriku saat itu.



Lanjut di Part-4 klik disini

Aku dan Waktuku ~ part2

Part 2

Aku tau siapa aku
Dan aku mengetahui tentang kamu
Tapi mungkin kamu tak mengetahui tentangku
Dan aku selalu berharap kamu sedikit saja tahu tentang diriku...
Meski ku tahu semua itu hanya mimpi
360 hari dalam hidupku
360 hari sejak aku mengenalmu
Kau masih sama
Hingga memasuki awal ke 360 hari baruku
Saat itu baru kutemukan momen-momen dimana aku dapat berbicara dengnmu
Diskusi bersama
satu kelompok denganmu
Melihat dirimu tertawa ketika melihatku ketakutan saat presentasi
Kau tau?
Masih ku ingat semua itu...
Yah masih jelas teringat kenangan tentangmu
Bagaimana tidak? Toh tidak ada banyak kenangan yang dapat diingat.
Hingga 360 hari ke dua besamamu telah usai.

untuk lanjut part 3- klik disini

 

Sample text

Sample Text

Sample Text