Pagi
ini kurasakan seperti biasanya,,tiada yang berubah, masih tetap sepi,kelam dan
sunyi. Terkadang aku
bertanya, adakah insan sepeti aku ? Lagi -
lagi
pertanyaan bodoh yang ada.
Beginilah
aku, hidup di dalam dunia yang selalu penuh tanda Tanya. Dari mulai terbukanya mata hingga terlelap,
selalu pertanyaan yang setia menemaniku. Bukan karna aku tak punya teman, tetapi entah
mengapa aku masih merasa sepi.
Bukan
kasih sayang teman, ataupun kekasih yang ku cari.
Aku layaknya seorang remaja biasa yang
terlahir seperti pada umumya, dengan tinggi semampai yang termasuk di atas rata
- rata untuk usia 17an sepertiku, buktinya aku diterima ikut paskibraka tahun
lalu, walaupun akhirnya aku mengundurkan diri, kulit kuning langsat. Hidung yang menurut
banyak orang mancung dan seperti milik
ayahku. Toh itu hanya kata orang karena aku tak pernah tau seperti apa ayahku.
Aku hanya melihat sekilas dari foto milik ibu itupun butuh perjuangan untuk
melihatnya, bahkan aku rela dicaci maki ibuku. Entah
mengapa ibu tak pernah mengizinkanku melihat foto ayah. Aku tak pernah terlahir
berbeda, mungkin hanya nasib yang membedakanku dengan yang lain.
“Heii” sapa tifa,
teman terbaikku
Aku hanya tersenyum
memandangnya. Belum ada kata yang terucap dari bibirku sejak pagi ini.
“Novelnya mana? “
Tanyanya
“itu “ jawabku
singkat sambil menunjuk pada buku yang dimaksud.
“Keluar sebentar yuk
? ” ajaknya
“ malas ah”
“ayo lah. Bosan di
kelas terus. Please “ pintanya memohon,
“bailkah“
“ke kantin ya? “
ajaknya, lagi lagi aku hanya tersenyum dan menggangguk.
***
“dia? “ tanyaku dalam
hati saat dalam perjalanan menuju kantin.
Aku tak salah
melihatnya, itu memang dia. Aku melihatnya, dan ternyata ia juga
melihatku. Ia tersenyum, lalu
menyapaku “Delica”
Dan lagi lagi aku
hanya tersenyum. Tetapi kali ini ada sedikit udara sejuk yang perlahan menyusup
ke relung hatiku.
“ ciee…. “ ledek tifa
yang mengetahui aku dengannya, tifalah satu satu nya orang yang mengetahui
perasaanku dengannya, tetapi aku dan Tifa tak mengetahui perasaannya terhadapku.
“ Apaan sih , udah
sana pesenin makanan buat aku sekalian” sanggahku.
“ iya iya moody” lagi
lagi ia meledekku.
“dia suka nggak sih?” tanyaku dalam hati “sudah ica tidak usah ge-er
“ kata hati memenangkan.
“ini ,, nona moody pesananya” kata
tifa sembari memberikanku semangkok soto dan segelas es teh.
“terimaksih cubby “
“ e ciiee yang abis
dapat vitamin langsung fresh kaya gitu.”
“ sudah sudah makan
dulu sana.haha “
Terkadang jika
kesibukkan menghampiri aku sering melupakkan ribuan Tanya yang ada dalam
benakku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar