“cubby , nanti pulang sekolah temenin aku ya
? “ pintaku pada Tifa sewaktu di kelas.
“ kemana dy ?” jawabnya
“ nyari kado buat ibu, mau nggak ? “
“ oo ibu kamu mau ulang tahun ? iya iya aku temenin.” Jawaban Tifa yang
membuatku tersenyum lebar.
“ makasih cubby.”
“iya sama – sama moody”
****
“ kok bus nya lama sih ?” tanyaku pada Tifa
sepulang sekolah.
“ iya nih. Eh itu ada dy ,tapi penuh.” Kata
tifa sambil menunjuk ke arah bus.
“ naik itu aja deh, keburu sore” pintaku
“ ya
udah ayo “ Tifa lalu menyeret tanganku ketika bus sudah berhenti di depan kami.
“ itu
ada satu kursi kosong , buat kamu aja deh
“ kataku setelah di dalam bus
“ terus kamu gimana ? “
“ gampang , aku berdiri aja. Cepetan keburu
di pakai orang. ” perintahku ,kami pun segera berjalan ke arah kursi barisan
belakang. Aku berdiri di samping Tifa.
“ hati – hati ya moody “ tifa mengingatkanku.
Kurang lebih perjalanan 5 menit tiba- tiba
supir bus berhenti mendadak bertepatan ketika aku berusaha mengambil dompet dari
dalam tasku dan saat itu aku tidak berpegangan. Aku pun terpental ke depan.
“Deg ....”
sebuah tanggan menahanku, sejenak tatapan mata kami bertemu.
“ Maaf .” ucapku,lalu segera melepaskan diri.
“Iya,
maaf seharusnya aku tak menyentuhmu. Tetapi tidak mungkin aku
membiarkanmu terjatuh.” Jawab lelaki itu gugup.
“ terimakasih “ kataku, sambil tesenyum. Iya
pun mengangguk dan membalas senyumanku, tetapi ia tetap menjaga pandangan
matanya. “sepertinya lelaki yang baik” kataku dalam hati
“ silahkan duduk “ tiba – tiba laki – laki
itu mempersilahkanku duduk di kursi yang sebelumnya ia tempati.
“ tapi kamu ?” tanyaku ragu
“aku berdiri saja”jawabya
“sekali lagi terimakasih “ ucapku
“sama – sama “ jawabnya ramah.
“ kamu baik – baik saja kan dy ?” tanya tifa
kemudian dari belakangku.
“ Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat .”
kataku, menghembuskan nafas lega.
“syukurlah “ kata Tifa
Diam – diam di sepanjang perjalanan aku
memperhatikan lelaki itu. Badanya tinggi tegap , wajahnya manis dan penuh
karisma, tatapan matanya di balik kacamatanya terlihat optimis memandang ke
depan , dari raut wajahnya dia dua sampai tiga tahun lebih tua dariku.
“Ayo dy?” kata Tifa membuyarkan lamunanku.
“ha?” jawabku refleks
“ ayo, sudah sampai, di mol itu kan ? “ tanya
Tifa meyakinkan
“oh iya, stop pak” teriakku pada sopir bus
kemudian. Kami segera menuju pintu keluar.
“silahkan duduk kembali dan sekali lagi
terimakasih “ kataku lalu tersenyum sewaktu melangkah di depan lelaki itu dan
ia pun tersenyum.
***
“dy ,emang kamu mau cari kado apa buat ibu mu
? “ tanya Tifa sewaktu di dalam mol.
“ pengennya sih gamis.”
“ kalau gitu di lantai dua “ kata Tifa sambil
melangkah menuju eskalator.
“ bantu pilih yang bagus dan cocok buat ibu
aku ya?” pintaku
“ siap nona” kata tifa sembari tertawa.
Setelah lama melihat berbagai model gamis aku
tertarik pada sebuah gamis berwarna unggu muda,dengan perpaduan warna dan corak
yang menarik,lalu kutunjukkan pada Tifa.
“menurut kamu gimana cubby? “ kataku meminta
saran kepada Tifa
“ wahh , bagus .cantik deh.” Puji tifa sambil memutar- mutar gamis tersebut.
“ ambil yang ini ya ?” kataku kemudian setelah
melihat harganya cocok dengan uang yang aku miliki.
“iya” katanya masih tetap memutar- mutar baju
tersebut.
“ mbak ambil yang ini” kataku sesampainya di
kasir. Tak lama kemudian Petugas kasir menyerahkan gamis tersebut yang telah di
bungkus.
“lho kok dompetku gak ada by?” tanyaku panik
sembari membolak balik isi tasku.
“kok bisa dy? Coba aku bantu cari” kata Tifa
dengan mimikyang terlihat ikut panik dan membantu mencari dompetku
“Asstaughfirullah by, jangan – jangan jatuh
di dalam bus saat aku hampir jatuh tadi ? aduh, gimana donk?” tanyaku panik
“aduh dy , aku gak punya uang segitu. Jatah
uang jajanku masih tiga hari lagi.ini aja Cuma ada seratus “ kata tifa sembari
menggecek dompetnya.
“ gimana mbak? Jadi beli atau tidak ?” tanya
petugas kasir yang binggung melihat kami.
“adu mbak dompet saya hilang “ kataku gugup
“ terus gimana ? “tanyanya memastikan
“ kalau ditinggal di sini dulu gimana mbak,
saya janji pasti saya bayar,paling lambat besok siang. Tolong ya mbak ya?”
pintaku,
“Aduh,, gimana ya ?”
‘tolonglah mbak,itu buat kado ibu teman saya
lho mbak” kata tifa ikut membujuk penjaga kasir
“ ya udah deh, tapi janji besok siang sudah
harus di ambil, “
“ iya mbak. Makasih banyak ya mbak” Jawabku.
“aduh gimana donk by ?” tanyaku panik sesudah
keluar dari mol.
“ aku juga binggung dy, aku juga lagi gak
punya uang,” jawabya ikut panik.
“ ya Tuhan kenapa aku bisa seceroboh ini,”
keluhku pelan
“cari kerja aja dy?” usul tifa bersemangat
“tapi kerja apa? Ulang tahun ibu kan tinggal
besok pagi ?”
“serabutan aja, aku bantuin deh. Jangan
pesimis gitu donk, yakin kalau kamu bisa. Gimana setuju gak ?”katanya
bersemangat.
“ya udah deh. Tapi kerja apa ? “ tanyaku
masih binggung. Kami berjalan terus tanpa tujuan.
“ em ,,eh itu liat deh ?” kata Tifa sembari
menunjuk ke arah kertas yang tertempel di pohon
“oh iya ini lowongan kerja, coba aja yuk.”
“oke”
BERSAMBUNG